Khutbah Jum’at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

Kota Gorontalo – Khutbah Jum’at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

Khutbah Pertama

Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik
Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Takwa merupakan salah satu bekal terbaik dalam menjalani kehidupan dunia yang singkat ini. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah (197):

Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

“Bawalah perbekalan, dan sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Seringkali perbedaan pendapat memicu pertengkaran dan konflik. Padahal perbedaan pendapat dalam Islam adalah keniscayaan. Dari dahulu sampai sekarang, perbedaan pendapat sudah pasti ada dan itu sunatullah, termasuk perbedaan pendapat dalam memilih pemimpin negara, termasuk pada saat dulu di masa awal-awal Islam.

Para sejarawan seperti Ibnu Ishaq atau al-Thabari mengungkapkan bahwa setelah Rasulullah saw. wafat, para sahabat Nabi hampir tidak percaya bahwa Rasulullah telah wafat. Yang awalnya tidak percaya Rasulullah wafat adalah sabahat Umar. Bahkan beliau sampai menduga bahwa berita tersebut dibuat oleh orang-orang munafik.

Sahabat Abu Bakar yang sudah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Rasulullah saw. itu sudah wafat kemudian datang menghampiri Umar sambil mengutip surah azZumar ayat 30:

Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

“(Muhammad), Anda itu pasti meninggal, dan mereka pun demikian.”

Akhirnya sahabat Umar pun mencoba menerima kepahitan ditinggal oleh Rasulullah saw. selamanya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Tidak hanya sampai di situ, perbedaan pendapat juga terjadi terkait siapa seharunya yang menggantikan Rasulullah saw. menjadi seorang pemimpin. Para sahabat ansar dan muhajirin berbeda pendapat saat hendak menentukan seorang pemimpin pengganti Rasulullah saw.

Bertempat di Saqifah bani Sa‘idah, kaum ansar memilih Said bin Ubaidillah, pemuka suku Khazraj, sebagai pengganti Rasulullah saw. Namun Abu Bakar, Umar, dan Ubaidah menyampaikan ketidaksetujuan kaum Muhajirin atas pilihan kaum ansar. Menurut kaum muhajirin, pemimpin pengganti Rasulullah itu sebaiknya dari kalangan Quraisy. Namun usulan ini juga ditentang oleh al-Hubab bin Mundzir dari kalangan ansar.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Di saat terjadi perdebatan sengit tersebut, Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah, yaitu Abu Ubaidah bin Zahrah dan Umar bin Khattab. Namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut. Agar tidak terjadi perdebatan yang berlarut-larut, sahabat Umar pun berinisiatif membaiat Abu Bakar dengan suara lantang dan kemudian diikuti oleh Abu Ubaidah.

Para ulama menyebutkan bahwa Abu Bakar al-Shiddiq merupakan satu-satunya sahabat Nabi yang pernah menggantikan Nabi Muhammad Saw sebagai imam shalat. Pesan secara tersirat bahwa Abu Bakar memang layak menggantikan Rasulullah.

Dalam Tarikh al-Khulafa karya Imam as-Suyuthi disebutkan bahwa untuk menghindari perseteruan berkepanjangan antara kaum Muhajirin dan Ansor, di mana kaum Ansor sudah berkumpul di Bani Tsaqifah untuk mengangkat Saad bin Ubadah sebagai pemimpin, Abu Bakar al-Shiddiq menghampiri mereka dan melakukan distribusi kekuasaan. Abu Bakar al-Shiddiq mengatakan, kami adalah pemimpinnya, dan kalian adalah para menterinya (Nahnu al-Umara’ wa Antum al-Wuzara’)

Hadirin yang sidang Jumat yang berbahagia

Contoh perbedaan pendapat di atas dalam memilih pemimpin seharusnya kita jadikan pelajaran yang berharga. Terlebih lagi kita ini berada di negara yang satu dengan keberagaman yang cukup berwarna. Berdebat sesengit apapun, selagi tidak mengucapkan ujaran kebencian, menyebarkan berita bohong, saling menjatuhkan personal, itu merupakan hal yang biasa dalam hidup di negara demokrasi.

Setelah sudah ada ketetapan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) siapa pemimpin yang terpilih, kita harus mendukung dan tidak boleh memberontak pemimpin yang sudah dipilih secara jujur dan adil. Rasulullah saw. bersabda:

Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan taat kepada (pemerintah) walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak).” (HR Tirmidzi)

Namun kita diperbolehkan untuk menasihati pemimpin apabila ia melakukan kebijakan yang menjerumus pada kemaksiatan. Kata Nabi:

Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

Tidak wajib taat dalam kemaksiatan. Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat). (HR Bukhari).

Hadirin yang dirahmati Allah,

Demikian khutbah singkat pada Jumat yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

Khutbah Kedua

Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik
Kota Gorontalo - Khutbah Jum'at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

Kota Gorontalo – Khutbah Jum’at: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

You May Also Like

About the Author: Gunawan Wangata