MTsN 1 Batam Buka Jendela Dunia Jadi Center School Program Cambridge Pertama

Kota Gorontalo - MTsN 1 Batam Buka Jendela Dunia Jadi Center School Program Cambridge Pertama

Kota Gorontalo – MTsN 1 Batam Buka Jendela Dunia Jadi Center School Program Cambridge Pertama

Kota Gorontalo - MTsN 1 Batam Buka Jendela Dunia Jadi Center School Program Cambridge Pertama

Seiring pesatnya perkembangan zaman, pendidikan turut menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, termasuk pendidikan di madrasah. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau di bawah komando Mahbub Daryanto terus mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan madrasah, salah satunya dengan menggagas munculnya inovasi kurikulum internasional yakni kurikulum Cambridge. 

Terletak di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Batam yang hingga tulisan ini diturunkan, menjadi satu-satunya madrasah tsanawiyah yang teregristrasi sebagai Center School kurikulum Cambridge. 

Penerapan kurikulum Cambridge di MTsN 1 Batam yang diresmikan oleh Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas ini bertujuan untuk memberikan pilihan kepada masyarakat yang membutuhkan layanan pendidikan bertaraf internasional dengan bernafaskan keislaman.

“Ini bermula dari ide Kepala Kantor anwil untuk membuat inovasi, bagaimana madrasah bisa memfasilitasi masyarakat pada kalangan tertentu yang membutuhkan layanan pendidikan yang memiliki kelas internasional. Untuk memastikan kemungkinan bisa tidaknya (program Cambridge diterapkan) pada tahun 2022 kita belajar ke MAN 4 Jakarta (sebagai center school kurikulum Cambridge bagi madrasah aliyah). Setelah dikaji alhamdulillah bisa dikembangkan,” kata Kepala MTsN 1 Batam Rudi Hartono, Selasa (05/03/2024).

Rudi pun menceritakan perjalanan MTsN 1 Batam teregistrasi sebagai satu-satunya madrasah tsanawiyah yang menjadi center school kurikulum Cambridge. “Setelah mengurus legalitas pendirian center school ke Cambridge Assesment Internasional Education, visitasi, dan kemudian verifikasi dokumen dan kesiapan hasilnya bagus dan layak menjadi center school. Kalau dilihat di data base saat ini menjadi MTs pertama yang menjadi center school,” ungkap Rudi bangga.

Dengan predikat Center School program Cambridge yang disandang MTsN 1 Batam, membuat madrasah ini memiliki wewenang menjadi fasilitator program Cambridge bagi madrasah tsanawiyah se-Kepulauan Riau.

“Kita diberi keleluasaan untuk menjadi fasilitator program Cambridge sekaligus ujian Cambridge untuk madrasah tsanawiyah negeri dan swasta se-Kepri. Ini yang menjadi harapan kita, bisa memberikan fasilitas program Cambridge kepada masyarakat yang bisa pulang pergi ke MTsN 1 Batam,” ujarnya.

Rudi mengatakan madrasah yang dikepalainya tersebut ingin mengambil peran menjadi lembaga pendidikan yang bertaraf internasional bagi anak didik muslim di Kepri. “Kalau dilihat di lembaga pendidikan swasta yang memiliki kualifikasi kelas internasional rupanya ada juga murid muslim, jadi kita ingin mengambil peran di situ,” ucapnya.

Untuk menjamin kualitas penerapan Program Cambridge, MTsN 1 Batam melibatkan konsultan terpercaya untuk mengawasi pengembangan pembelajaran berjalan on the track (aturan).

“Kami memiliki konsultan yang memahami betul program Cambridge agar sesuai on the track. Menyeleksi siswa dan guru serta melakukan supervisi menjadi tugas konsultan, minimal 1 semester sekali untuk memberikan bimbingan bagaimana mengembangkan pembelajaran sesuai Cambridge,” tuturnya.

Menurut Rudi, banyak kelebihan yang didapat siswa kelas Cambridge ketika akan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan selanjutnya. Peluang masuk ke perguruan tinggi dunia pun terbuka lebar.

“Perguruan tinggi di dunia welcome (menerima) dengan adanya sertifikat yang dikeluarkan oleh Cambridge, peluang sangat terbuka. Cambridge mendapat recognized (pengakuan) sangat tinggi di dunia. Tidak cukup penguasaan bahasa Inggris untuk sekolah di luar negeri, tapi kalau memiliki sertifikat Cambridge bisa langsung start (mulai) di semester 1, tidak perlu ada kelas penyesuaian,” jelasnya.

Sehubungan dengan jaminan pendidikan di jenjang selanjutnya, Rudi menargetkan murid kelas Cambridge di MTsN 1 Batam siap untuk meneruskan studi ke sekolah berbasis kurikulum Cambridge.

“Kurikulum Cambridge ini berjenjang sesuai Cambridge pathway. Tidak harus pada madrasah (bisa di sekolah umum), tapi alhamdulillah sudah dikembangkan di MAN Insan Cendekia Batam dan MAN Batam, sehingga begitu anak kita lulus sudah ada pilihan madrasah program Cambridge dengan nafas-nafas keagamaan,” bebernya.

Kurikulum Cambridge di MTsN 1 Batam sudah memasuki tahun kedua. Saat ini ada 2 kelas yang menerapkan kurikulum ini yakni, 1 rombongan belajar (rombel) kelas VII dan 1 rombel kelas VIII. Kelas ini mengajarkan 3 mata pelajaran yakni, bahasa Inggris, Sains, dan Matematika yang berbasis kurikulum Cambridge, sedangkan mata pelajaran lainnya masih mengadopsi kurikulum nasional.

Salah satu siswi kelas VIII Cambridge Belia Gladisyafurry mengisahkan, awal mulanya mendaftar kelas Cambridge di MTsN 1 Batam, dan bagaimana dirinya begitu antusias beradaptasi dengan hal-hal baru yang ia temui di kelas ini.

“Untuk awal agak kesusahan karena tidak terbiasa ngomong langsung bahasa Inggris, pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, karena jarang digunakan di kehidupan sehari-hari, untuk awal-awal pasti susah tapi lama-lama gampang menerimanya,” katanya.

Gadis yang bercita-cita ingin menjadi Dokter ini mengungkapkan bahwa kelas Cambridge yang diikutinya memiliki peran besar dalam melebarkan langkah kakinya menuju kelas internasional di luar negeri.

“Pasti antusias saat pertama kali, karena saya memang mau mengejar mengejar cita-cita di luar negeri mengejar impian saya, dan pandai bahasa Inggris adalah salah satu impian yang saya impikan dari kecil,” ucapnya dengan mata berbinar.

Selain melatih kefasihan bahasa Inggris, Belia menyebutkan sistem pembelajaran di kelas Cambridge juga melatih logika berpikirnya. 

“Di kelas kami belajar bekerja secara tim, melakukan eksperimen, terkadang observasi, pembelajarannya menggunakan logika, di kelas Cambridge ini saya cukup banyak belajar secara eksperimen yang di luar ekspektasi saya,” terang gadis yang hobi menonton film, mendengarkan musik, dan membaca buku berbahasa Inggris ini.

Sementara Keita Abdul Azza , siswa kelas 7 Cambridge dengan jujur mengaku merasa gugup kala pertama kali masuk kelas Cambridge. “Sedikit gugup karena sebelumnya belum pernah berbahasa Inggris untuk kegiatan sehari-hari di sekolah,” kenang Keita yang menjawab dengan bahasa Inggris.

Untuk bisa beradaptasi dengan kelas Cambridge ini, Keita harus memperbanyak literasi menggunakan bahasa Inggris. “Saya merasa antusias sekali karena ini pertama kali melihat program Cambridge di madrasah. Saya berupaya untuk bisa meradaptasi lebih baik biasanya di rumah menonton short video youtube, membaca komik dan novel yang berbahasa Inggris,” celoteh remaja yang juga bercita-cita menjadi Dokter ini. 

Keita berharap kedepannya semakin banyak mata pelajaran dengan kurikulum Cambridge di MTsN 1 Batam, tidak hanya bahasa Inggris, Sains, dan Matematika. “Harapannya program Cambridge ini semakin dikenal sebagai program yang bagus dan semakin banyak subjek di kelas Cambridge ini,” harapnya.

Tim Humas pun menyempatkan berbincang dengan salah satu guru di kelas Cambridge. Miss Tiwi namanya, seorang guru Sains kelas Cambridge. Ia menjelaskan, perbedaan pembelajaran di kelas Cambridge selain karena menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, juga karena di kelas ini siswa dilatih untuk memahami proses, tidak sekadar menilai hasil akhir.

“Untuk kelas Sains bagaimana mereka terlibat aktif dalam pembelajaran dan ikut bereksperimen, prosesnya yang kita nilai, tidak hanya memberikan modul. Hasil akhirnya tidak terlalu diukur tapi bagaimana melalui prosesnya dalam pembelajaran, karena dalam sains bagaimana mereka bisa problem solving (memecahkan masalah), melakukan eksperimen di labor dan bisa mengaplikasikan dari yang sudah dipelajari dalam kelas,” jelasnya.

Ketika ditanya perbedaan mengajar di kelas VII dan kelas VIII program Cambridge, Tiwi menjawab dua kelas ini memiliki tantangannya masing-masing. Kelas VII masih berkutat pada adaptasi bahasa, sedangkan kelas VIII beradaptasi pada kosakata baru.

“Kalau kelas VII tantangannya di bahasa karena tidak terbiasa kecuali yang berasal dari SD yang sudah Cambridge. Kalau di kelas VIII biasanya kesulitan di terminologi (kosakata/vocabulary), biasanya sebelum masuk chapter terbaru kita beri terminologi kosa kata baru jadi mereka tidak bingung ketika dalam buku atau dalam penyampaian teachernya ada kosa kata baru sehingga mereka lebih paham,” urainya.

Kedepannya sebagai seorang guru kelas Cambridge, Tiwi berharap agar penggunaan bahasa Inggris dapat juga dikuasai oleh siswa kelas lain yang kemudian menyatu ke dalam interaksi sehari-hari.

“Kurikulum ini sangat baik, tidak usah (semua kelas) dibuat kelas Cambridge semua, hanya penggunaan bahasa Inggris nya yang lebih luas, jadi kalau ada tamu tidak hanya murid Cambridge saja yang disorot tapi murid program lain juga bisa,” harapnya. 

Dengan program ini, kita tentunya berharap para siswa madrasah yang berada di Kepri akan dapat bersaing di tingkat global dan mencapai standar pendidikan internasional. Lulusan madrasah pada akhirnya turut menduduki posisi-posisi strategis dalam memajukan bangsa.

Sumber: https://pendis.kemenag.go.id/

Kota Gorontalo – MTsN 1 Batam Buka Jendela Dunia Jadi Center School Program Cambridge Pertama

You May Also Like

About the Author: Gunawan Wangata